Resensi

Napak Tilas Peradaban Islam dalam Syar'i Traveller: The Heritage of Ottoman

Sebuah buku yang menjelajahi masa kejayaan Islam di bumi Asia-Eropa

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

SKETSA - "Syar'i Traveller: The Heritage of Ottoman" merupakan karya dari Felix Y. Siauw bersama dengan Tim Dakwah Hijab Alila. Buku ini merupakan buku kedua setelah mereka sukses menuliskan buku pertama mereka dengan judul "Wanita Berkarir Surga". 

Melalui buku tersebut, rombongan Felix bersama Tim Dakwah Hijab Alila melakukan petualangan menggores peradaban Islam. Mereka menuliskan perjalanan menyusuri megahnya Islam yang masih eksis dan menjadi salah satu pengingat bahwa Islam pernah berjaya di bumi Asia-Eropa. 

Napak tilas peradaban Islam tertulis jelas dalam buku setebal 198 halaman tersebut. Majunya peradaban Islam di masa lalu menjadi bukti bahwa ketika kita melibatkan Allah dalam kehidupan, maka bukan tidak mungkin dapat menghasilkan sebuah peradaban yang luar biasa. Begitu pula dengan konsep pendidikan hari ini, bila saja menjadikan Allah sebagai dasarnya, maka bukan tak mungkin jika umat Islam hari ini akan mengulang kembali kegemilangan seperti dahulu.

Perjalanan menapaki sejarah kegemilangan Islam dengan sistem Kekhalifahan Utsmani yang dibalut dalam ketaatan mengantarkan rombongan ini untuk memulai perjalanan mereka melewati sebuah negara yang menyimpan banyak sejarah gemilang tentang Islam, yaitu Turki. Bumi Turki menjadi bukti sejarah bahwa Islam pernah berjaya, kuat, dan menjadi pusat peradaban Islam dengan luas wilayah kekuasaan mencapai 2/3 bumi. 

Terdapat 3 tempat yang menjadi tujuan destinasi rombongan tersebut. Salah satunya adalah Istanbul, kota lintas benua Eropa-Asia yang merupakan tempat terakhir di mana Islam mempertontonkan kehebatan akan kejayaannya.

Setelah mengunjungi makam Sultan Abdul Hamid II di Istanbul, penulis menceritakan sebuah kisah mengenai Sultan Abdul Hamid II ketika dahulu didatangi oleh agen Yahudi Internasional. Kedatangan agen Yahudi tersebut bertujuan untuk membeli tanah Palestina, tanah terjanji yang mereka anggap sebagai tanah suci warisan leluhurnya. 

Meski bangsa Yahudi rela menggelontorkan uang jutaan dollar serta menawarkan kekayaan dunia lainnya, Sultan Abdul Hamid II justru dengan tegas menyatakan, “Tanah Palestina bukanlah milikku, tanah itu adalah milik umat Islam dan tidak ada satu orang pun yang dapat merebutnya selagi aku masih hidup di dunia. Namun, jika kekuasaan Islam sudah tidak ada, maka tanah itu bisa Yahudi dapatkan dengan gratis tanpa harus memberi imbalan sedikitpun pada siapapun". Perjuangan beliau begitu besar dalam menjaga marwah Islam di muka bumi ini.

Tak hanya Sultan Abdul Hamid II, Syar'i Traveller juga mengenalkan beberapa Sultan atau Raja yang berpengaruh pada saat itu, yaitu Osman Ghazi, Orhan Ghazi, Murad I, Beyazid I, Mehmet Celebi, dan Murad II.

Selain itu, buku ini juga membahas bagaimana Kekhilafan Utsmani pernah menjadi pemerintahan Islam terbesar yang disegani oleh seluruh dunia, setelah Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel. 

Berbicara mengenai keberhasilan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel dalam buku ini, tahukah kamu apa itu Aya Sofya? 

Aya Sofya dulu menjadi simbol penaklukkan Konstantinopel oleh pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih. Bangunan yang dulu ditaklukkan oleh Islam dan diubah penggunaannya menjadi masjid, telah berubah menjadi museum. Setelah 86 tahun dijadikan sebagai museum, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan meresmikan alih fungsi bangunan tersebut kembali menjadi masjid pada Jumat, 10 Juli 2020 lalu. Hal tersebut menandakan bahwa kegemilangan Islam kembali terjadi dan menjadi salah satu bukti kejayaan Islam masih dapat dirasakan hingga saat ini.

Selain membahas dan mengunjungi situs bersejarah yang kental dengan peradaban Islam, rombongan ini juga menjelajahi dan mencoba berbagai macam kuliner Turki, mencoba alat transportasi yang ada di disana hingga membahas cara travelling yang disuguhkan dalam cara Islam secara rinci dan edukatif sesuai sunnah.

Buku ini mengajak pembaca untuk menjelajahi setiap jejak sejarah dari zaman keemasan Islam yang terus mengingatkan kita mengenai megahnya kejayaan Islam yang pernah di bangun di negeri ini. Buku dengan desain grafis yang apik dan banyaknya suguhan foto mengenai situs-situs bersejarah tersebut menambah kenyamanan pembaca untuk dapat mengetahui dan selalu mengingat bahwa kejayaan Islam pernah berpijak di bumi ini.

Perjalanan ini ada bukan untuk sebuah kesenangan semata. Melainkan hadir untuk membuka lembaran-lembaran sejarah yang hampir hilang ditelan zaman. Dari 3 kota (Istanbul, Bursa, dan Edirne) ini, Allah telah menjanjikan kemenangan Islam di muka bumi. Maka, tugas selanjutnya adalah tekad yang kuat untuk menjadi bagian dari perjuangan Islam.

Terakhir, buku ini juga menjadi salah satu kontribusi dalam mengembalikan dan membuka kembali lembaran sejarah mengenai kejayaan Islam yang seolah tak memiliki cerita di kancah sejarah. (ysn)



Kolom Komentar

Share this article