Menuju KKN 47: Usung Desa Tangguh Penyangga Ibu Kota Negara dan Berbasis Program

Menuju KKN 47: Usung Desa Tangguh Penyangga Ibu Kota Negara dan Berbasis Program

Sumber Gambar: Panitia KKN Unmul

SKETSA – Belum usai setahun pandemi, civitas academica Unmul terus melaju merumuskan Kuliah Kerja Nyata (KKN) angkatan 47 periode 2021. Mengusung “Desa Tangguh Penyangga Ibu Kota Negara”, KKN 47 diketahui berbasis program. Seperti yang disebutkan, mulai dari program Mengajar di Desa, Pusat Teknologi, UKM Bangkit, Desa Tangguh dan Penguatan BUMDes.

Prosedur KKN tahun ini meliputi pendaftaran, penentuan kelompok dan dosen pembimbing Lapangan (DPL). Dilanjutkan pada kegiatan KKN, laporan, penilaian serta sinkronisasi Sistem Informasi Akademik (SIA). Berbeda pula dengan KKN angkatan 46 yang berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) dan didominasi oleh kegiatan daring.

KKN tahun ini pun nampaknya harus kembali menyesuaikan kondisi. Artinya, memungkinkan peserta KKN untuk mengadakan kegiatan daring maupun luring dengan protokol kesehatan yang ketat. Peserta pun diwajibkan untuk memilih lokasi KKN sesuai dengan domisili masing-masing, agar mobilisasi saat pandemi dapat diminimalisir.

Pada 12-24 April lalu, mahasiswa telah melakukan pendaftaran KKN. Namun, bagi beberapa fakultas informasi KKN ini dinilai mendadak. Tergambar pula gap antara peserta yang seharusnya memenuhi syarat untuk melaksanakan KKN dengan mahasiswa yang belum mendaftarkan diri.

Dihubungi Sketsa pada Kamis (29/4) lalu, Kiswanto selaku panitia KKN dan juga Koordinator Pusat Pengembangan Kelembagaan dan Pengabdian Masyarakat (P2KPM) turut membuka suara. Menurutnya, semua telah dipersiapkan dan tak ada yang mendadak. Informasi KKN juga telah disosialisasikan dengan baik.

Ia menuturkan bahwa lima program yang termuat dalam informasi KKN merupakan pengelompokkan secara umum. Mahasiswa hanya perlu memikirkan rencana program kerja sesuai tema yang diusung. Selain itu, tema tersebut dapat diimplementasikan dalam berbagai program seperti Tangguh Bencana, Tangguh Kesehatan, Tangguh Ekonomi, Tangguh Pangan, Tangguh Pendidikan, Tangguh Teknologi dan Tangguh Sosial Budaya.

Ditegaskan olehnya, KKN 47 akan melakukan kombinasi dalam pelaksanaannya. Mahasiswa bisa melaksanakan kegiatan KKN secara luring apabila lokasi domisili sama dengan lokasi KKN. Jika domisili mahasiswa berbeda dengan lokasi KKN, maka mahasiswa tersebut akan melaksanakannya secara daring.

Terkait kemungkinan mahasiswa mendapat wilayah KKN di luar dari domisilinya, ia menuturkan hal tersebut kemungkinan terjadi. Ini dikarenakan ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan pihak penyelenggara.

“Sangat mungkin, dengan pertimbangan terjadi penumpukan mahasiswa pada beberapa lokasi tertentu dan jumlah lokasi desa atau kelurahan yang diajukan oleh pemerintah kabupaten, atau kota tidak seimbang dengan jumlah desa, atau kelurahan yang menjadi domisili mahasiswa,” terangnya.

Pelaksanaan PKP-KKN

Terdapat pula Program Kegiatan Penyetaraan Kuliah Kerja Nyata (PKP-KKN). Program tersebut meliputi PKP-KKN Kemahasiswaan, KKN Profesi, KKN Nasional, KKN Internasional hingga KKN Industri. Kiswanto mengatakan, program ini adalah kegiatan yang dapat disetarakan dengan KKN. Artinya, mahasiswa membuat program dan melaksanakan kegiatan baik melalui fakultas maupun kemahasiswaan Unmul. Setelah itu, mengajukan kepada LP2M untuk disetarakan sebagai KKN.

“Jadwal PKP-KKN bisa kapan saja. Waktu dan programnya bisa menyesuaikan penyelenggara. Misal ada program PHP2D, PKM dari kemahasiswaan (melalui WR 3), ada KKN Profesi yang diselenggarakan Fakultas, ada KKN Tematik lainnya yang diselenggarakan kementerian,” ungkapnya saat dihubungi melalui WhatsApp.

“Kalau mahasiswa yang melaksanakan PKP-KKN itu sulit diprediksi, karena sifatnya dilaksanakan secara mandiri (tidak difasilitasi LP2M). PKP-KKN sebenarnya lebih banyak digunakan sebagai penghargaan atas prestasi mahasiswa di luar kegiatan akademiknya, seperti mendapatkan hibah PHP2D atau memenangkan PKM, dan lain-lain,” pungkas Kiswanto.

Tanggapan Mahasiswa KKN Angkatan 47

Informasi KKN pada awal pendaftarannya sempat memunculkan tanda tanya. Bagaimana tidak, banyak mahasiswa yang baru mengetahui informasi hanya berdasarkan pesan siaran WhatsApp yang beredar. 

Setelah penutupan pendaftaran, tersuar kembali surat imbauan dari LP2M perihal peserta KKN tahun 2021. Dalam surat nomor 740/UN17.LI/TU/202I itu, dipaparkan data terkait perbandingan jumlah mahasiswa yang telah mendaftar pada sistem KKN dengan jumlah mahasiswa yang sebenarnya telah memenuhi persyaratan menurut SIA.

Terkait banyaknya gap dari beberapa fakultas, Sketsa mewawancarai salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unmul terkait hal itu. Manurung Aris Justinus, mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika 2018 menuturkan alasannya. Menurutnya, jarak yang terjadi di FKIP karena pelaksanaan KKN-PLP telah dimulai. 

(baca:https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/kkn-plp-fkip-2021-siap-atasi-masalah-pendidikan-di-desa/baca)

Sampai saat ini, dirinya belum mendaftarkan diri sebab dilema memilih lokasi sekolah KKN yang akan dituju. Informasi terkait ketentuan sekolah yang dapat dipilih menurutnya masih minim.

“Seharusnya yang sudah ikut Kampus Mengajar tidak perlu dimasukkan ke dalam data. Kemudian, faktor selanjutnya adalah karena saling menunggu teman yang lain mendaftar, dan ragu-ragu untuk memilih lokasi atau sekolah yang akan dituju. Yang mana diakibatkan minimnya informasi dan juga mungkin belum ada sosialisasi yang lebih rinci terkait KKN-PLP di FKIP,” paparnya, Selasa (27/4).

Berbeda dengan Manurung, Nurhikma Arjuliani Iskandar yang merupakan mahasiswa Prodi Sastra Inggris telah mendaftarkan diri. Dirinya mendapatkan informasi lewat grup kelas dan langsung mendaftarkan diri. Meski ia menyebutkan dirinya kurang mengetahui KKN 47 akan seperti apa, tetapi Nurhikma dan teman-temannya segera mendaftarkan diri. 

Kalau untuk sosialisasi gitu setau saya belum ada. Kemarin info dari akademik itu dikasih tau sama ketua tingkat,” terangnya kepada Sketsa, Selasa (27/4) .

Dihubungi Sketsa pada Selasa (27/4), Wahyu A. Ramdani yang menempuh pendidikan sebagai mahasiswa Prodi Sastra Indonesia ini juga telah mendaftarkan diri sepekan lalu. Ia mendapatkan informasi pendaftaran KKN dari grup WhatsApp KM FIB. Setelahnya, ia juga berkoordinasi kepada Kaprodi untuk memastikan bahwa informasi tersebut valid.

“Setahuku enggak ada (sosialisasi). Cuma, di grup KM kami memang berisi informasi-informasi yang memang diperlukan untuk mahasiswa/i FIB. Grup ini juga menjadi koordinator dan tempat diskusi dari teman-teman lembaga ke teman-teman yang lain. Jadi masih mandiri untuk tanya-tanya biar enggak salah arah,” tukasnya. (rst/nop/vyl/ffs/fzn)