Sosok

Ainur, Duta Kesehatan yang Sulap Kampung Hepar

Ainur bersama tim dalam agenda Pimnas 31 di UNY. (Sumber: Humas Unmul)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Sore itu di Gazebo Fakultas Kedokteran (FK) Unmul, Ainur Basirah Mulya atau biasa disapa Ainur tengah duduk sembari memakan kurma saat di jumpai awak Sketsa, Jumat (1/2). Siapa dia? Ainur merupakan sosok mahasiswa yang mampu mengubah sebuah perkampungan kumuh menjadi lebih layak untuk di kunjungi.

Kampung Hepar namanya. Hepar sendiri adalah singkatan dari Healthy, Colour Up, and Recreation. Sebelum berubah nama menjadi Kampung Hepar, dulunya kampung ini disebut Kampung Pulung karena berada di daerah TPA Gunung Sampah, Suryanata dan di huni oleh para pemulung. Pemilihan kata Hepar pun di pilih Ainur karena unik dan menarik.

"Diambilah istilah dari bidang kedokteran. Mungkin banyak orang yang mengira bahwa orang-orang yang tinggal di kampung itu banyak yang memiliki penyakit hati. Tapi sebenarnya Hepar sendiri ini adalah akronim," ujar mahasiswa asal Sulawesi Barat ini.

Sebelumnya pada awal tahun 2016 Ainur sudah pernah melakukan kegiatan sosial di Kampung Hepar dengan lembaga eksternal. Namun, bersama tiga kawannya yang berasal dari fakultas yang berbeda yakni Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) mencoba memasukan proposal mengenai Kampung Hepar pada PKM (Program Kreatif Mahasiswa). Nasib baik pun jatuh kepada mereka hingga melaju ke nasional pada tahun 2017, hingga pelaksanaanya pun dapat berjalan hingga sekarang.

Fokus kegiatan yang dilakukan sendiri ada empat bidang, yaitu kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Mulai dari memberikan penyuluhan kesehatan sebulan sekali, memberikan materi pendidikan seperti matematika dan bahasa inggris bagi anak-anak, hingga mengajarkan keterampilan bagi ibu-ibu Kampung Hepar membuat Boneka Gizi (Bogi).

"Jadi mereka menjahit isi boneka bekas yang didapat kemudian di cuci baru kemudian dibuat baru lagi," kata Ainur.

Sedangkan untuk urusan lingkungan, Ainur mengaku cukup sulit untuk mencari solusinya. Terlebih daerah Kampung Hepar berdampingan dengan gunungan sampah. “Soalnya susah geraknya di lingkungan seperti itu, letaknya di samping TPA makanya permasalahan lingkungannya kompleks, jadi susah,” tambahnya.

Selain menjadi penggiat lingkungan, Ainur juga cukup aktif dalam kegiatan kampus. Dia juga aktif mengikuti berbagai lomba, salah satu nya adalah pada Oktober 2018 lalu. Dalam ajang IMSHA (Indonesian Medical Student Health Ambassador) dari ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia) yang mana Ainur terpilih sebagai Duta Kesehatan se-Indonesia.

Ainur menjelaskan bahwa untuk meraih gelar Duta Kesehatan se-Indonesia, dia harus beradu program kerja dengan barbagai perwakilan mahasiswa kedokteran di Indonesia. Adapun program kerja yang dibawa Ainur adalah Transformasi Kesehatan pada Anak Melalui Dongeng. “Jadi bagaimana pengaruh dongeng ini dapat meningkatkan kemauan anak-anak untuk makan sehat. Saya fokusnya ke stunting, masalah gizi remaja, gizi anak, dan gizi seimbang.” jelasnya.

Menjadi Duta Kesehatan, membuat Ainur aktif dalam mengampanyekan gerakan kesehatan. Dia pun cukup aktif dalam membagi pengetahuannya dengan menjadi pemateri dalam berbagai acara. Seperti talkshow yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, mengisi materi tentang Makan Sehat ala Milenial di RRI, hingga berkunjung ke TK untuk mendongeng tentang gizi kepada anak-anak. Selain itu Ainur juga melaksanakan gerakan pola hidup sehat, dalam kesehariannya sebagai mahasiswa.

“Saya jaga makan, bekal sendiri, masak sendiri pokoknya gizinya harus seimbang. Soalnya supaya enggak koar ke mana-mana gizi seimbang, sekalinya balik ke kos malah makan mi. Lucu kan ya," timpalnya.

Ainur yang aktif tentu sangat disibukkan dengan berbagai kegiatan, baik internal maupun eksternal kampus. Belum lagi jadwal kuliah dan praktikum di FK yang cukup padat. Sehingga dia dituntut untuk mampu bisa membagi waktu untuk setiap kegiatan yang dilakukan. Salah satu yang dilakukan Ainur adalah dengan selalu mencatat di buku agenda yang selalu dibawa ke mana-mana, agar selalu jadi pengingat.

Karena jadwal kuliah yang cukup padat, kegiatan internal maupun eksternal kampus juga cukup banyak, Ainur pun di tuntut untuk pintar membagi waktu. Ia menceritakan bagaimana diri nya bisa konsisten dalam hal membagi waktu untuk semua kegiatannya.

“Jadi semuanya ditulis, memang istikamah itu susah. Kalau ringan namanya istirahat. Jadi buku ini harus sering dibawa, jadinya bisa diisi terus. Kalau ada agenda diisi dan kalau menurutku ini jadi kebutuhan makanya bisa konsisten buat ngisi.” (fir/ara/wil)



Kolom Komentar

Share this article