Hari Besar

Plastikmu Mengiringi Hari Maritim Nasional

Memperingati Hari Maritim Nasional, mari jaga laut Indonesia dari sampah plastik.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: Google.com

SKETSA - Pertama-tama terucap selamat untuk negeri yang menguat kemaritimannya, semoga namanya terus mengudara dan rakyatnya makmur sejahtera. Berbicara maritim, berarti berbicara tentang fakta dan masalah tentang kondisi laut di Indonesia. Namun, betulkah maritim menjadi hal yang diperhatikan masyarakat Indonesia?

Laut di Indonesia yang menjadi tempat bagi 6 dari 7 spesies penyu ini memiliki beragam kontribusi terutama dalam sumbangsih devisa negara. Kemaritimannya pun sempat dielu-elukan oleh berbagai pihak. Beberapa disebabkan oleh produksi komoditas kelautan yang sangat pesat, kemudian kebijakan menteri kelautan yang dinilai kontroversial.

Terlepas dari itu semua, ada hal yang lebih mendesak untuk diangkat, yakni permasalahan lingkungan yang kian parah. World Economic Forum pada 2016 menyatakan ada lebih dari 150 juta ton plastik di samudera planet ini. Tiap tahun, 8 juta ton plastik mengalir ke laut. Padahal kita semua sama-sama tau, plastik membutuhkan waktu lama untuk terurai. Data lain menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara ‘penyampah’ di lautan. Kita pasti melek informasi dan mengetahui berita mengenai paus yang di dalam perutnya terdapat puluhan plastik, atau sedotan plastik di hidung kura-kura serta masih banyak lagi contoh yang dapat dibuktikan ketika anda mencari tahu lebih lanjut.

Bumi semakin tua, kondisi laut semakin tercemar, lingkungan tidak lagi menjadi tempat tinggal yang benar-benar nyaman. Lantas, sebenarnya apa esensi dari perayaan serta merayakan Hari Maritim Nasional kali ini?

Dilansir dari survei Litbang Koran Sindo, sampah menjadi permasalahan serius pertama di Indonesia, disusul rusaknya ekosistem laut pada peringkat keenam. Data Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menunjukkan sekitar 35,15% terumbu karang di Indonesia dalam kondisi tidak baik, 25,06% dalam kondisi cukup, 23,4% dalam kondisi baik dan hanya 6,39% dalam kondisi sangat baik.

Sedangkan di sisi lain, disebutkan oleh Bisnis.com bahwa pariwisata menjadi sektor yang digadang-gadang akan menempati posisi pertama sebagai penyumbang devisa negara; tentu pariwisata maritim terdapat di dalamnya. Setelah dipikir kembali, apa Indonesia mampu? Ketika banyak sekali masyarakatnya yang jauh dari kata peduli, ketika ‘dunia’ sudah semakin terdesak oleh berbagai kepentingan para elit.

Apa yang dapat diri lakukan? Mungkin memaknai Hari Maritim Nasional dengan lebih bijak menggunakan kemasan yang dipakai, atau memakai prinsip mengurangi, mengganti, dan mendaur ulang. Contohnya ialah membawa botol minum dari rumah, mengganti sedotan sekali pakai dengan sedotan ramah lingkungan yang dapat dipakai kembali, membawa tote bag saat berbelanja, mengganti pembalut sekali pakai dengan pembalut kain, melakukan ecobrick dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir sampah plastik dan tidak dibuang pada sembarang tempat terutama laut.

Banyak langkah kecil yang dapat kita lakukan, yang secara tidak langsung mengurangi sampah-sampah plastik yang barangkali bermuara ke laut Indonesia, kemudian berdampak pada ekosistem lingkungan baik darat maupun laut.

Sebagai penutup, semoga rakyat semakin sadar untuk menjaga bumi yang kian menua. (rst/len)



Kolom Komentar

Share this article