Berita Kampus

Teknologi SSO untuk Solusi Akses Internet, Unmul Masih Ragu

Tawaran SSO punya pola akses yang mirip-mirip dengan wifi.id. (Foto: Darul Asmawan)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Sejak tahun 2017 lalu, Unmul telah diimingi PT. Telkom untuk menjalin kerja sama perihal percepatan akses internet. Bentuknya ialah pemasangan teknologi Single Sign On (SSO) di berbagai titik se-Unmul agar kelak bisa dinikmati semua civitas academica, tanpa terkecuali.

SSO sendiri punya pola akses yang mirip-mirip dengan wifi.id. Cukup dengan membeli voucer senilai Rp30 ribu per bulan, maka pengguna akan mendapat kuota yang jumlahnya unlimited. Bahkan voucer SSO juga bisa dipakai se-Indonesia selama masih berdekatan dengan fasilitas wifi corner.

Namun hingga saat ini, Unmul belum memberikan kepastian sikap dan masih sebatas menimbang-nimbang tawaran dari Telkom tersebut. Bukan tanpa alasan, Unmul masih ragu karena untuk menerapkan SSO, Telkom meminta jaminan agar teknologi itu minimal diakses oleh 5 ribu pengguna.

“Waktu ditawari, kita tanya apa bisa satu-satu orang, dan dia (Telkom) bilang ‘tidak bisa’ minimal 5 ribu orang. Bisa saja satu orang tapi harganya mahal,” sebut Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Hubungan Masyarakat Bohari Yusuf kepada Sketsa Senin (5/2) lalu.

Jika nanti sepakat mengambil tawaran Telkom dan kemudian menerapkan SSO, teknologi tersebut bisa jadi back up untuk kian memperlancar akses internet di Unmul. Sebelumnya, kampus tertua di Kaltim tersebut telah pula menggunakan sebuah sistem data transfer atau bandwidth untuk menunjang fasilitas internet sejak 2014 lalu.

( Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/bayar-bandwidth-hingga-rp29-m-akses-internet-lancar/baca )

Meski dalam proses menimbang, pihak rektorat telah melihat tawaran SSO  itu sebagai peluang emas dan telah menyampaikan ke semua fakultas. Bahkan sudah ada tiga fakultas yang menyetujui jika teknologi SSO diterapkan di Unmul, yakni FMIPA, FKTI, dan Fakultas Teknik.

Bohari menyebut, tidak ada unsur paksaan karena pembayaran langsung dilakukan oleh mahasiswa selaku pengguna ke pihak Telkom melalui pembelian voucer. Dan jika merujuk pada hitungan matematis, harusnya gabungan seluruh mahasiswa dari tiga fakultas tersebut jumlahnya mencapai 6 ribuan mahasiswa. Itu berarti telah melampaui kuota minimal yang diinginkan Telkom.

Tetapi Bohari mengaku pesimis jika semua mahasiswa di tiga fakultas itu akan membeli voucer SSO, karena memang sifatnya tidak ada paksaan. Namun jika antusiasme dan jumlah mahasiswa selaku mayoritas pengguna SSO dapat melebihi 5 ribu, pihak Unmul siap mengambil tawaran itu secepatnya.

“Mau sekarang dipasang juga tidak ada masalah. Asal Unmul dapat menjamin 5 ribu pengguna. Kalau tidak tercapai, bisa rugi,” ujarnya realistis. (fir/mla/dan/ajy/cin/sut/adl)



Kolom Komentar

Share this article