Berita Kampus

Kolaborasi Budaya dan Pengembangan Desa Wisata Kampung Ketupat

Pengembangan Kampung Ketupat melalui program kerja PKM-PM

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Istimewa

SKETSA – Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menjadi salah satu ajang bagi mahasiswa dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki serta menerapkan ilmu yang telah didapatkan pada bangku perkuliahan kepada masyarakat luas. Salah satunya datang dari kelompok PKM Pengabdian Masyarakat (PKM-PM), Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unmul. Berawal dari kecintaan untuk terjun langsung ke masyarakat, PKM-PM kali ini menyasar Kampung Ketupat yang berlokasi di Samarinda Seberang. Tepatnya di Jalan Mangkupalas, Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang.

Sesuai dengan namanya, masyarakat yang menetap di sana sehari-hari bekerja sebagai pengrajin ketupat. Adapun kampung ini semakin ikonik dengan berdirinya tugu berbentuk ketupat. Meski telah diresmikan sebagai kampung wisata, sarana dan prasana yang ada dinilai masih sangat kurang. Selain itu, masyarakat juga dinilai kurang memiliki rasa kepedulian pada tempat yang mereka huni. Inilah yang mendasari tim PKM untuk mengembangkan kampung tersebut agar dapat menarik pengunjung dan kembali berwisata. Tentunya dengan memperhatikan protokol kesehatan (prokes)

Sebulan berlangsung, tim ini telah melakukan beberapa program pengembangan dan pelestarian. Dimulai dari gotong royong di sekitar objek wisata, kegiatan pembaruan melalui pengecatan, sosialisasi pariwisata hingga pentas seni (pensi). Agenda ini diselenggarakan untuk memperkenalkan Kampung Ketupat secara intens, sehingga mendapat perhatian oleh pemerintah kemudian dikembangkan. Sosialisasi pun dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kampung wisata bagi masyarakat.

Andi Rina Andriana, mahasiswa Sastra Indonesia 2019 sekaligus ketua dari tim PKM ini mengaku jika program yang telah dilaksanakan akan hadir secara berkelanjutan. Dengan bantuan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) selaku mitra mereka, kegiatan akan diteruskan sehingga pengembangan Kampung Ketupat dapat terus berjalan.

“Nantinya, kami akan memberikan panduan mengenai program-program kami selama berada di sana. Harapannya, dari panduan itu program-program yang sebelumnya sudah terlaksana dapat terus berlanjut dan dilanjutkan oleh masyarakat di sana,” ungkapnya kepada Sketsa, Senin (28/6) melalui pesan WhatsApp.

Gotong royong sendiri berlangsung pada Sabtu (12/6), dilanjutkan dengan pengecatan selama 4 hari hingga Rabu (16/6). Kegiatan ini juga dilakukan bersama dengan pembaruan sarana dan prasarana fisik. Kemudian, pengembangan masyarakat dilaksanakan melalui sosialisasi pada Sabtu (26/6) lalu. Kegiatan diisi dengan menanamkan kepedulian dan pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya Kampung Ketupat yang mereka huni.

“Sebenarnya objek wisata atau kampung wisata ini potensinya sangat banyak sekali. Jika masyarakat tahu cara mengelolanya, mereka juga dapat menghasilkan (pendapatan) dan menjadi lapangan kerja baru untuk mereka,” papar Andi.

Pada hari yang sama, kegiatan pensi juga dilangsungkan usai sosialisasi. Membawa kekhasan dari fakultas budaya, panggung seni dikonsep semenarik mungkin. Pentas yang digelar secara blended ini dapat disaksikan secara daring melalui Zoom, juga secara langsung di Kampung Ketupat. Mengusung tema "Bersinergi sebagai Wujud Pelestarian Budaya Nusantara", pensi tersebut bermaksud untuk melestarikan, memperkenalkan dan memberikan pengetahuan mengenai budaya.

“Karena kami juga mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, kami rasa sekalian saja. Sehingga penampil-penampil pentas seni itu dari teman-teman mahasiswa juga. Namun, di luar itu kami juga membuka penampilan umum untuk masyarakat yang ingin tampil,” jelasnya.

Harus melaksanakan dua kegiatan sekaligus dalam satu hari, ia mengaku tidak memiliki persiapan yang panjang. Andi dan timnya harus bekerja keras untuk menyelesaikan rangkaian agenda tersebut.

Wah, untuk persiapan sebenarnya singkat sekali. Gak sampai satu bulan. Bahkan hitungannya sudah kayak sistem kebut. Kami bagi tugas juga sampai harus nginap di lokasi semalam karena takut telat dan harus memastikan semua aman saat acara berlangsung. Maka jadilah dua kegiatan tersebut di satu hari, sosialisasi pagi dan pentas seni sore,” lanjutnya.

Tak ada kendala yang berarti, acara berjalan dengan lancar didukung dengan antusiasme masyarakat yang sangat baik. Sebagai adaptasi atas kondisi pandemi, prokes pun diterapkan dengan sangat ketat. Selain menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak, tim PKM juga melakukan edukasi untuk masyarakat. Dengan membagikan beberapa kotak masker kepada mereka yang datang tanpa menggunakan masker, juga menyediakan tempat cuci tangan dan handsanitizer. Tak lupa, selalu menghimbau secara langsung kepada masyarakat untuk tetap mematuhi prokes. Ini dilengkapi pula dengan beberapa papan peringatan yang dipasang di sekitar lokasi sebelum acara dimulai.

Selain pengabdian kepada masyarakat, tim ini juga tengah berproses menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) sebagai puncak dari rangkaian kegiatan PKM. Bagi mereka, parameter keberhasilan program kerja ini yakni ketika kegiatan dapat disambut dengan baik dan dapat diterima oleh masyarakat serta memiliki manfaat untuk pengembangan wisata.

Andi dan timnya berharap, Kampung Ketupat bisa menjadi objek wisata yang lebih dikenal. Khususnya untuk masyarakat Samarinda dan sekitarnya agar dapat mengembangkan sektor pariwisata.

“Sebenarnya kalau untuk PIMNAS itu bonus, yang penting lokasi PKM kami dikenal, berkembang dan memberikan kesadaran akan pentingnya kampung wisata bagi masyarakat sana melalui sosialisasi pariwisata itu tadi,” tukasnya.

Tanggapan positif lainnya datang dari Bayu Aji Nugroho, dosen pembimbing dari tim PKM ini. Ia sangat bangga terhadap kegiatan pengabdian yang merupakan salah satu wujud implementasi dari tri dharma perguruang tinggi. Meski dalam proses membimbing, Bayu merasa terkendala karena pandemi. Ditambah dengan posisinya yang sedang berada di luar Kalimantan, membuatnya harus melakukan bimbingan secara virtual.

Bayu berharap, setelah PKM selesai masyarakat dapat memiliki kesadaran untuk mengembangkan objek wisata di Kampung Ketupat yang merupakan khas dari Samarinda. Sehingga, objek wisata tersebut dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di lingkungan sekitar.

“Saya harap mereka dapat mengkader adik-adik di bawahnya dan melakukan pembimbingan. Sehingga pada akhirnya, nanti akan lahir ide-ide atau gagasan yang inovatif,” ungkap Bayu kepada Sketsa, Rabu (30/6).

Abdul Aziz selaku Ketua Pokdarwis Kampung Ketupat juga sangat senang dengan gelaran pentas seni tersebut. Dia berkeinginan kegiatan tersebut dapat diadakan kembali secara rutin dan berkala.

“Bisa kita isi dengan yang khas-khas daerah untuk menambah daya tarik, agar semakin banyak peminat atau pengunjung yang datang. Karena tujuan kita untuk memulihkan perekonomian masyarakat yang ada di lingkungan desa wisata Kampung Ketupat ini,” ucapnya.

Melalui panggilan telepon pada Rabu (30/6), Abdul turut mengungkap rasa syukur dan kebahagiaannya atas kedatangan tim PKM yang telah melakukan upaya pengembangan di Kampung Ketupat. Ia sepakat jika ada manfaat serta perbedaan yang hadir ketika tim PKM menjalankan proker mereka. Mengingat kondisi pandemi, diperlukan berbagai upaya agar desa wisata tetap eksis dan tidak ditutup. Abdul menilai, dibutuhkan semacam pelatihan, pembinaan atau pengolahan baik sarana dan prasarana.

Sebagai Ketua Pokdarwis, Abdul mengatakan jika warga membutuhkan pembinaan. Dengan status desa wisata yang belum lama disandang, ia merasa perlu adanya pihak ketiga yang bisa membantu objek wisata dalam 4 pilar berupa pembinaan, pelatihan dari segi lingkungan, pendidikan, kesehatan dan kewirausahaan. Diharapkan, pengembangan tidak hanya terbatas pada Kampung Ketupat saja. Terakhir, ia mengucapkan terima kasih kepada Andi dan timnya.

“Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada adik-adik mahasiswa yang telah melakukan kegiatan di Kampung Ketupat beberapa pekan ini. Saya sangat mengapresiasi dan tak lupa saya memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya,” tutupnya. (khn/zar/auf/len)



Kolom Komentar

Share this article