Berita Kampus

Kisruh Postingan Seruan Aksi, BEM KM Unmul: Kami Tidak Gentar

Kericuhan pada unggahan BEM KM Unmul terkait kunjungan kerja Wapres RI, Ma'ruf Amin.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Istimewa

SKETSA – Kunjungan kerja Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma’ruf Amin ke Samarinda pada Selasa (2/11) kemarin disambut dengan kritik dan aksi dari mahasiswa. Melalui Instagram BEM KM Unmul (@bemkmunmul), terlihat sebuah unggahan yang bertajuk Seruan Aksi Kaltim Berduka lengkap dengan caption yang berisi pernyataan sikap atas nama Aliansi BEM Samarinda. Tertera pula foto Ma’ruf Amin bersama dengan kalimat kritik di bawahnya, “Patung Istana Merdeka Datang ke Samarinda.”

Postingan tersebut kemudian muncul pada akun Twitter @AREAJULID pukul 12.50 Wita dan menimbulkan beragam pro-kontra pada kolom reply. Tak pelak, kolom komentar Instagram mereka turut dipenuhi oleh respons dari mahasiswa hingga masyarakat awam. Penggunaan diksi “patung” untuk mendeskripsikan sosok wapres RI, dianggap tidak menghargai dan melecehkan Ma’ruf Amin. Hingga saat ini, sebanyak 10.159 komentar telah membanjiri unggahan tersebut di Instagram.

Meski sempat sulit dihubungi Sketsa ketika ingin mengonfirmasi, Presiden BEM KM Unmul yakni Abdul Muhammad Rachim akhirnya buka suara. Ia menuturkan, makna “patung” yang disematkan kepada Ma’ruf Amin tersebut adalah benar dan tidak melanggar. Dirinya mengaku sangat menghargai sosok Ma’ruf sebagai ulama. Tetapi, secara profesional kinerja wapres perlu dikritisi. Mengingat saat ini Indonesia sedang menghadapi banyak polemik, terutama di Kaltim dengan masalah tambang yang terus memakan korban. Rachim menyebut, Aliansi BEM Samarinda ingin kedatangan orang nomor dua tersebut mengetahui realita yang sedang terjadi.

“Banyak yang bilang kami tidak beradab. Saya rasa, untuk menyampaikan kritik ke pejabat publik sah-sah saja. Kita tidak ada niatan menyerang personal dia. Kita mengkritik kinerja beliau,” tegas Rachim.

“Diksi patung itu hasil kesepakatan dari konsolidasi aksi. Patung artinya diam tak bergerak. Padahal beliau wapres, tidak ada pergerakan dan progres selama dua tahun,” sambungnya melalui pesan WhatsApp, Rabu (3/11).

Ia turut mengatakan bahwa aksi serta unggahan tersebut berlandaskan Kajian Akbar Aliansi BEM Seluruh Indonesia (BEM SI), yang dituliskan dalam bentuk draft. Sementara terkait kabar pemanggilan oleh rektor Unmul, Rachim mengaku tidak ada hingga saat ini.

“Kemarin, kita ada agenda audiensi. Pak rektor ada menanyakan, apakah benar BEM KM Unmul yang mengunggah poster itu. Saya katakan iya. Beliau hanya bilang, jangan sampai cuma bawa nama BEM Unmul karena ini Aliansi BEM Samarinda. Jadi, bukan hanya Unmul yang disoroti. Kami tidak gentar," lurusnya.

Baginya, aksi tersebut membantu dalam membuka pandangan masyarakat atas kinerja wapres selama Indonesia dilanda berbagai problematika yang tak kunjung usai.

“Ini bisa menarik minat mahasiswa dan masyarakat. Kita jangan pernah ragu bersuara. Selama itu untuk evaluasi dan pengingat pemerintah,” lanjutnya.

Menyoroti massa aksi yang hanya dihadiri dua almamater, yakni Unmul dan Polnes Samarinda. Sempat beredar pula isu terpecahnya aliansi ketika aksi tersebut dilangsungkan. Ia berujar, meski seruan aksi telah disepakati, tetapi perihal massa di lapangan yang minim ada di luar kendali aliansi.

“Yang penting, kita sudah menyepakati di konsolidasi. Mungkin yang tidak hadir, mereka ada kendala dan kesibukan. Aksi ini juga mendadak, jadi persiapannya memang kurang matang. Namun tidak ada pecah kelompok. Kita enggak bisa nunggu semua BEM untuk berkumpul,” jawabnya.

Rachim mengungkap bahwa dirinya turut mendapat ancaman dan teror. Berkali-kali, ia ditelepon oleh nomor tidak dikenal serta menerima umpatan. Kendati demikian, hal tersebut tidak membuat pergerakan BEM KM Unmul gentar.

“Mereka bilang kami tidak beradab. Padahal, mereka juga lebih tidak beradab dengan melempari kami ucapan binatang dan kasar lainnya,” pungkasnya. (syl/len/fzn)



Kolom Komentar

Share this article