Berita Kampus

Banjir Mengepung FKIP Gunung Kelua

Banjir mengacaukan perkuliahan di FKIP hari ini. (Foto: Anisa Adnin)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Hujan deras yang mengguyur Samarinda sejak Minggu (27/11) kemarin sore hingga siang ini menyebabkan banjir di sejumlah kampus di Unmul. Tak terkecuali di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Gunung Kelua.

Arnika Bahri, mahasiswa FKIP prodi Pendidikan Biologi 2015, mengatakan bahwa banjir yang terjadi di kampus FKIP MIPA menjadikan suasana kampus kurang kondusif. Perkuliahan tidak berjalan normal karena banyak yang tidak masuk kuliah disebabkan kelas yang kebanjiran.

“Apalagi sudah mau UAS, dosen pasti mengejar ketertinggalan materi. Tapi di balik hujan, harus disyukuri karena hujan merupakan rahmat,” ujarnya kepada Sketsa.

Menurutnya, FKIP saat ini masih sangat jauh dari lingkungan hijau. Pohon yang ada sangat minim untuk mau digunakan sebagai daerah resapan. Akibatnya ketika hujan deras air meluap dan tidak jelas mau ke mana.

“Memang ada perbaikan selokan tapi itu tidak cukup menampung intensitas air yang cukup besar,” lanjutnya.

Senada dengan Arnika, Nurmalinda, mahasiswa Pendidikan Biologi 2016, mengatakan bahwa FKIP ini harus dibangun dan ditata jalannya agar tidak banjir. 

“Harus ditata lagi jalannya, jadi proses perkuliahannya bisa lancar tanpa harus nyeker,” ucapnya.

Selain ruang kelas dan parkiran yang banjir, beberapa sekretariat himpunan mahasiswa (Hima) juga tergenang air. Air yang setinggi mata kaki memasuki beberapa sekretariat Hima di antaranya Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika (Himaptika) dan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi (Himapbio).

Hendra Sugiarto, salah satu pengurus Himapbio, mengaku sangat kewalahan saat harus memindahkan barang-barang sekretariat yang terkena banjir. “Sangat menyedihkan, ya, ini kejadiannya banjir. Sebenarnya enggak nyangka bakal banjir kayak gini, kok bisa sampai masuk ke sini (sekretariat),” ucapnya.

Pun begitu dengan Fajar Widi Ananda, pengurus Himaptika, adanya banjir membuat ia merasa sedih. “Tadi kami engga ada firasat bakal banjir, ternyata air naik jadi kami memindahkan berkas-berkas Hima mungkin ada yang bisa diselamatka dan ada yang enggak,” tukasnya.

Fajar menduga pagi tadi keadaan belum sebanjir ini sehingga banyak mahasiswa tetap datang untuk kuliah. Baru setelahnya diketahui bahwa ternyata ada beberapa ruang kuliah tergenang air. Baik dosen dan mahasiswa sama-sama bingung mencari ruangan lain untuk kegiatan perkuliahan.

Buntut dari kejadian ini mahasiswa telah dirugikan. Fajar berharap, birokrat kampus dan mahasiswa cukup memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungannya. Agar paling tidak kejadian seperti ini dapat dihindari. (adn/wal)




Kolom Komentar

Share this article