Resensi

Selasa Bersama Morrie: Merenungi Makna Kehidupan dari Seorang Profesor

Catatan hidup seorang profesor

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Army/Sketsa

SKETSA – Selasa Bersama Morrie akan membawa pembaca ke dalam sebuah memoar seorang profesor Sosiologi bernama Morrie Schwartz. Mimpi buruk seolah menghantamnya usai dirinya divonis mengidap penyakit saraf mematikan, Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS).

Alih-alih menyerah dan putus asa terhadap penyakitnya, Morrie justru ingin berusaha walau sekecil apa pun agar tetap berguna bagi orang lain di sisa hidupnya.

“Apakah aku akan menyerah dan mati begitu saja, atau aku akan memanfaatkan sisa waktuku sebaik-baiknya? Belajarlah dari lambat dan perlahannya proses kematianku. Perhatikan apapun yang terjadi padaku. Belajarlah bersamaku,” begitulah ungkapan Morrie setelah mengetahui vonis apa yang dokter jatuhkan terhadap kondisinya.

Buku sejumlah 209 halaman ini merupakan proyek terakhir sang penulis, Mitch Albom, dengan dosen kesayangannya saat kuliah yaitu tuan Morrie. Secara keseluruhan buku ini menceritakan percakapan Mitch bersama Morrie yang bertemu kembali setelah hilang kontak selama beberapa tahun selepas kelulusan Mitch di universitas.

Di penghujung hidupnya, Morrie Schwartz kerap kali membagikan pelajaran hidup melalui perbincangannya dengan berbagai orang yang ia temui, termasuk mantan murid yang ia jumpai kembali yaitu Mitch Albom.

Buku ini menggambarkan dengan jelas perbincangan yang terjadi selama empat belas kali pada hari Selasa setiap minggunya di mana Mitch dan Morrie bertemu. Topik yang didiskusikan pun selalu berbeda di setiap pertemuannya, tetapi tetap membahas tentang arti kehidupan berdasarkan refleksi hidup Morrie Schwartz saat ia masih bebas dari penyakitnya. 

Mereka membicarakan mengenai dunia, mengasihani diri sendiri, penyesalan diri, kematian, keluarga, emosi, menjadi tua, uang, cinta yang tak padam, perkawinan, budaya, maaf, hari yang paling baik, dan perpisahan pada akhir pertemuan mereka. 

Secara keseluruhan buku ini sangat menarik untuk dibaca di waktu-waktu luang karena topik percakapan yang dihadirkan bukanlah suatu hal yang berat, tetapi lebih ke arah refleksi untuk membenahi diri. Melalui contoh-contoh yang Tuan Morrie sampaikan serta narasi Mitch yang detail, pembaca dapat dengan mudah memahami jalan cerita yang terjadi walau alur yang digunakan maju-mundur. 

Buku Selasa Bersama Morrie hadir sebagai sarana rekreasi bagi mereka yang sedang merasa lelah dan jenuh dalam segala hal yang tengah terjadi. Melalui kutipan-kutipan yang diutarakan oleh Morrie Schwartz, pembaca mungkin bisa kembali merasakan semangat untuk menjalani kehidupan yang terus berjalan ini. (zas/ems)



Kolom Komentar

Share this article