Opini

Suara dari Ujung Sungai Mahakam

Kehidupan di Kabupaten Mahakam Ulu yang penuh perjuangan

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Long Apari merupakan salah satu dari lima kecamatan yang berada di Kabupaten Mahakam Ulu. Long Apari adalah wilayah yang langsung bertetangga dengan Malaysia. Kabupaten Mahakam Ulu sendiri memiliki Ibukota Kabupaten yang bernama Ujoh Bilang. Untuk menempuhnya bisa melalui jalur darat dan sungai, dimulai dari Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat. Jarak yang harus ditempuh dari Kutai Barat menuju Ibukota Mahakam Ulu yaitu sepanjang 145 kilometer atau memakan waktu sekitar 6 sampai 7 jam perjalanan darat. 

Namun, untuk jalan darat sendiri, sangat tidak disarankan untuk dilalui karena melihat kondisi medan jalan yang sangat sulit. Selain itu, ketika musim penghujan tiba, banyak kubangan lumpur dan jalan yang licin siap menghadang perjalanan. Ini juga meningkatkan risiko kecelakaan berkendara yang tinggi. Kendaraan yang bisa melalui jalur darat Mahakam Ulu ini pun hanya kendaraan yang bertipe Double Gardan.

Akses Jalan Menuju Long Apari

Papilus salah satu Mahasiswa dari Long Apari yang saat ini masih berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Samarinda. Ia mengungkapkan untuk menuju Long Apari hanya bisa dilewati melalui jalur sungai. Apabila perjalanan diawali dari Samarinda dan Kutai Barat maka masyarakat harus mengikuti kapal yang mengarah ke tujuan Mahakam Ulu. Kapal pengangkut penumpang akan berhenti di Desa Long Bagun. Desa itu merupakan salah satu Desa yang bertetangga dengan Ibukota Kabupaten Mahakam Ulu yaitu Ujoh Bilang.

Kapal pengangkut penumpang hanya bisa sampai di Desa Long Bagun karena setelah itu kapal tidak akan bisa lagi melewati jeram-jeram ganas yang berada di dekat kawasan Long Apari. Dalam perjalanannya untuk mencapai Desa Long Bagun, kapal akan memakan waktu perjalanan 1 sampai 3 hari, dan biaya perjalanan yang harus dikeluarkan berkisar 500 ribu rupiah sampai 800 ribu rupiah untuk sekali perjalanan.

Akses jalan darat sendiri yang menghubungkan Kutai Barat sampai Mahakam Ulu hanya bisa mencapai Desa Long Pahangai. Namun, itu pun harus melalui medan yang berat. Setelah masyarakat mencapai Desa Long Bagun, maka masyarakat diharuskan mengganti jenis transportasi, yaitu menggunakan perahu dengan mesin cepat untuk menuju Long Apari dengan memakan waktu kisaran 4 sampai 5 jam perjalanan. Karena jalur sungai yang harus dilalui pun sangat berbahaya, di mana masyarakat harus melewati jeram-jeram sungai yang sangat ganas yang tidak jarang memakan korban jiwa. Untuk sekali perjalanan menuju Desa Long Apari, masyarakat harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal yaitu kisaran 1,5 juta rupiah sampai 3 juta rupiah untuk sekali perjalanan.

Mau tidak mau masyarakat harus mengeluarkan biaya mahal karena mengingat jalur darat yang belum memadai. Papilus juga menyampaikan bahwa untuk akses jalan darat sendiri bukan tidak ada sama sekali, tetapi masih dalam proses pembangunan dan sampai sekarang jalan belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sama sekali. Dalam proses pembangunannya pun banyak mendapatkan kendala, antara lain topografi wilayah yang berbukit-bukit, lalu wilayah Desa Long Apari pun masih didominasi oleh hutan yang lebat, konflik pembebasan lahan milik masyarakat yang ingin dibangun jalan, serta kondisi iklim di kawasan Long Apari yang tinggi dengan curah hujan menyebabkan sulitnya mengakses lokasi, juga anggaran pembangunan yang terbatas menjadi salah satu kendala dalam tahap pembangunan.

Keterbatasan dana ini sangat berpengaruh karena posisi infrastruktur untuk transportasi darat itu sendiri membutuhkan banyak waktu, juga banyak tenaga dan biaya karena di sana masih hutan rimba. Jadi, untuk biaya pembangunan di sana membutuhkan biaya yang sangat besar. Papilus mendasarkan ihwal penting soal pembangunan jalan untuk kemakmuran rakyat sudah diamanatkan di Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 Pasal 5 Ayat 1-3.

Dalam pengangkutan barang-barang pokok kebutuhan, masyarakat biaya yang dikeluarkan sangat mahal, karena untuk barang pokok sendiri harus diangkut melalui Ibukota Kabupaten Mahakam Ulu yaitu Ujoh Bilang, biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali pengangkutan barang pokok masyarakat bisa mencapai 15 juta sampai 25 juta rupiah.

Perjalanan pun kerap kali bergantung pada kondisi alam maupun cuaca atau pasang surut dari air Sungai Mahakam. Jeram-jeram ganas siap menghadang di perjalanan. Bila kondisi air sedang surut, perjalanan sungai tentu menambah kesulitan dan sangat berbahaya, begitu pun sebaliknya. Jika kondisi air sungai sedang besar ataupun banjir, para pengemudi perahu mesin cepat akan menunda untuk melakukan perjalanan sampai kondisi air sungai mereka anggap aman. Tidak jarang pada saat musim kemarau berkepanjangan melanda Mahakam Ulu, barang-barang pokok menjadi naik secara drastis bahkan untuk harga seperti beras 25 kilogram per karung bisa mencapai 800 ribu rupiah, sedangkan seperti tabung gas 3 kilogram bisa mencapai 200 ribu rupiah sampai 250 ribu per tabungnya.

Bisa dibayangkan bagaimana menderitanya masyarakat Long Apari dengan keterbatasan akses jalan darat. Hal ini otomatis membuat masyarakat Long Apari hanya mengandalkan jalur sungai dan itu pun sangat tergantung pada kondisi alam, seperti musim kemarau dan banjir besar. Untuk melewati jalur sungai, biaya yang dikeluarkan masyarakat lebih mahal lagi dibandingkan menggunakan jalur darat.

Sulitnya akses jalan di daerah perbatasan Long Apari ini pun menimbulkan berbagai permasalahan-permasalahan lainnya, seperti sulitnya melakukan pembangunan, kurangnya fasilitas rumah sakit yang memadai seperti pelayanannya yang lamban, obat-obatan yang sering kali habis, dan tenaga medis yang masih kurang jumlahnya. Kemudian kualitas pendidikan yang masih buruk dikarenakan tenaga pendidik yang masih kurang, listrik yang hanya menyala 6 jam yaitu dari pukul 18.00 sampai 24.00, dan terakhir jaringan telekomunikasi yang masyarakat anggap pembangunannya hanya sebagai formalitas saja di mana jaringan telekomunikasi belum bisa difungsikan secara maksimal.

Terkait usulan untuk percepatan pembangunan infrastruktur jalan darat ini sendiri, masyarakat Long Apari sudah sering kali menyuarakan hal ini, tetapi masyarakat menganggap bahwa pemerintah lamban untuk merespon persoalan yang terjadi. Untuk pembangunan jalan bukan hanya Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu saja yang berwenang, tetapi Pemerintah Provinsi Kaltim dan pusatlah yang seharusnya mempunyai wewenang utama. Mengingat Kabupaten Mahakam Ulu merupakan kabupaten yang baru berusia 10 tahun pada tahun ini, maka sangat perlu bantuan dari Pemerintah Provinsi dan Pusat untuk menyuntik anggaran yang besar bagi pembangunan infrastruktur. Bukan hanya untuk daerah perbatasan saja, tetapi seluruh wilayah yang berada di Kabupaten Mahakam Ulu demi mempercepat pemerataan pembangunan bagi kemudahan masyarakat dalam mengakses kesejahteraan.

Dalam perbincangan di akhir, Papilus dengan nada lirih mengatakan bahwa masyarakat Long Apari juga ingin berpartisipasi bagi negara dan bangsa ini, tetapi apa boleh buat. Keadaan yang tidak memungkinkan serta nihilnya perhatian untuk masyarakat Long Apari membuat mereka serasa seperti menjadi anak tiri.


Opini ditulis oleh Andreas Ongko Wijaya Hului, mahasiswa Pembangunan Sosial, FISIP 2020.



Kolom Komentar

Share this article