Hari Besar

Gadis Risma: Jadi Seorang Atlet Itu Perjuangan Hidup dan Mati

Gadis Risma Septiananda, mahasiswi Penjaskesrek 2016 sekaligus atlet handball. (Sumber: Istimewa)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Sektor olahraga nasional santer diperbincangkan, baik di media sosial maupun keseharian. Tentu hal ini tak lepas dari peranan ajang olahraga terbesar se-Asia lalu; Asian Games, yang sukses terselenggara di dua kota besar Indonesia. Meski sudah resmi ditutup 2 September lalu, siapa sangka demamnya masih terasa.

Euforia itu jelas menjangkiti atlet yang berlaga di Asian Games lalu. Unmul termasuk yang menyumbang beberapa mahasiswa untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, tak semata Iqbal Chandra, atlet pencak silat.

Ditemui Sketsa, Gadis Risma Septiananda, mahasiswi Penjaskesrek 2016 sekaligus atlet cabang olahraga handball mengaku tidak pernah ada niat mendalami handball di benaknya.

"Saya mulai (main) handball tahun 2014. Saat itu masih kelas 3 SMA. Awalnya saya hanya ikut ajakan teman. Namun siapa sangka hingga kini menjadi cabor prestasi saya,” ungkapnya.

Saat itu, kata Gadis, ia hanya mengikuti kejuaraan antar sekolah. Lagi-lagi karena bujukan sang teman, yang saat itu kekurangan pemain dalam tim. Gadis lantas mengurai kisahnya hingga mewakili Indonesia dalam Asian Games. Seleksi demi seleksi dilakoninya hingga training selama tujuh bulan.

“Training di Jakarta 4 bulan, Bandung sekitar 2 bulan. Bahkan kemarin sempat training juga di Thailand selama 9 hari, dan terakhir di Vietnam selama 3 minggu lebih,” paparnya.

Susah senang, pahit manis telah dilaluinya demi mempersembahkan yang terbaik untuk bangsanya. Menangis di lapangan, fisik yang digodok habis-habisan, semuanya Gadis siapkan agar jadi yang terbaik di kejuaraan bergengsi lalu.

“Meski bukan cabor unggulan, kami mengerahkan seluruh kekuatan, pikiran, dan hati kami untuk mengharumkan Indonesia.”

Lebih lanjut Gadis mengatakan ia bersyukur atas dukungan dari Unmul dan fakultasnya. Salah satu bentuknya perizinan tak dipersulit.

Perihal situasi olahraga masa kini, bagi Gadis sudah jauh lebih baik ketimbang sebelumnya. Kepada para atlet muda ia berpesan untuk jangan cepat berpuas diri. Kerahkan seluruh jiwa raga demi mengharumkan nama bangsa di mata dunia.

“Karena jujur saja, menjadi seorang atlet itu perjuangan antara hidup dan mati, sehat dan juga sakit, semuanya harus dihadapi lahir dan batin, tentunya juga ikhlas. Meski cedera, meski lelah, semua harus tetap dilakukan demi nusa dan bangsa,” pungkasnya. (sut/aml)



Kolom Komentar

Share this article