Hari Besar

Buku Digital dalam Literasi Masyarakat Indonesia, Alternatif yang Belum Efektif

Penggunaan buku digital dalam Hari Buku Nasional 2023

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Pexels

SKETSA — Setiap tahunnya, 17 Mei kerap diperingati sebagai Hari Buku Nasional di Indonesia. Peringatan ini bermula pada tahun 2002 silam yang dilatarbelakangi oleh rendahnya minat baca dan beli buku. Pada saat itu, angka melek huruf di Indonesia  lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand. 

Padahal, membaca menduduki peran yang sangat penting di dalam kehidupan. Prabowo dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Minat Baca Pemuda terhadap Tingkat Perkembangan Intelektual Masyarakat di tahun 2021 menyebutkan, setidaknya ada empat hal yang menjadi alasan di balik pentingnya membaca buku . 

Buku merupakan alat utama menuju pembaharuan ilmu pengetahuan, pembeda masyarakat terdidik dan tidak, indikator kemajuan masyarakat, mempermudah masuknya informasi, serta sarana pengayaan diri. 

Lantas, semenjak peringatan Hari Buku Nasional pertama kali di tahun 2002 hingga sekarang, apakah terdapat perkembangan yang signifikan pada minat baca masyarakat di Indonesia? 

Jawabannya, belum. Sayangnya, minat baca masyarakat di Indonesia masih tergolong rendah. Bahkan, pada peringatan Hari Buku Nasional 2022, dilaporkan bahwa tingkat literasi di Indonesia berada pada peringkat 62 dari total 70 negara. Hal ini jelas bukan suatu hal yang bisa diabaikan, sebab minat baca menjadi salah satu penentu tingkat intelektual masyarakat. 

Buku digital, sebuah alternatif untuk meningkatkan minat baca

Jika buku merupakan kumpulan tulisan yang ditulis dalam berlembar-lembar kertas dan kemudian dijilid, maka, buku digital atau electronic book (e-book) merupakan kumpulan tulisan yang disajikan dalam bentuk digital. Buku digital tidak dibuat dalam bentuk kertas yang dijilid seperti buku pada umumnya, melainkan kumpulan tulisan yang menyatu di dalam sebuah perangkat elektronik.

Buku digital disebut-sebut menjadi sebuah langkah inovatif dalam meningkatkan minat baca. Sebab, setiap orang tentu memiliki akses teknologi berupa ponsel. Melalui ponsel pintar, mereka bisa mengakses buku bacaan secara lebih efisien. Tidak semua orang mau menyentuh buku, tetapi hampir sebagian besar masyarakat masa kini berkutat dengan ponsel setiap harinya.

Pengenalan buku digital sebagai sarana membaca akan sangat membantu meningkatkan minat baca masyarakat. Hanya berbekal ponsel, buku digital bisa diakses kapan dan di mana saja. Hal ini tentu memudahkan pengguna, sebab mereka tak lagi perlu mengeluarkan tempat dan tenaga lebih untuk membawa buku. 

Buku digital juga dinilai lebih ekonomis ketimbang buku fisik, karena kita bisa mendapatkan banyak akses buku hanya dengan satu platform. Bahkan, terdapat pula sejumlah platform yang menyediakan bacaan gratis bagi penggunanya. Salah satu contohnya adalah Ipusnas. Tentu orang-orang tidak lagi berpikir tentang harga yang perlu dikeluarkan untuk membeli buku. 

Akan tetapi, meski dianggap lebih praktis dan murah dibandingkan buku biasa, sayangnya, terlalu lama membaca buku digital juga memiliki beberapa dampak buruk yang menyertai. 

Kehilangan esensi membaca buku

Dalam beberapa studi, ditemukan fakta bahwa pembaca buku biasa cenderung lebih mudah untuk mengingat keseluruhan alur dari cerita yang sudah dibaca dibandingkan dengan pembaca e-book

Hal ini disebabkan ketika sedang membaca buku biasa, seseorang akan membuka halaman per halaman dari buku bacaannya sehingga dapat mempengaruhi kemampuan koordinasi indera peraba dengan indera visual dari orang tersebut. 

Membaca di buku biasa pun dapat lebih mudah membawa emosi seseorang ke dalam ceritanya sehingga otak secara otomatis akan terstimulasi dalam mengingat banyak detail dari buku yang dibaca. Sensasi-sensasi seperti ini tentunya tidak akan ditemukan ketika seseorang membaca e-book di perangkat elektronik yang cenderung memiliki banyak pengalih perhatian sehingga merusak fokus seseorang dari bacaannya.

Dapat memicu stres

Kegiatan membaca buku dapat membantu untuk mengurangi stres. Efek rileks yang ditimbulkan saat sedang membaca buku akan membawa pengaruh positif baik untuk detak jantung hingga tekanan darah. 

Namun, hal tersebut rupanya tak dijumpai ketika membaca e-book. Terlalu banyak hal yang mendistraksi seseorang saat membaca membuat pikiran jadi sulit fokus. Misalnya, ketika sedang membaca e-book di ponsel, seringkali seseorang akan teralihkan begitu mendapat sebuah notifikasi dari akun media sosialnya. Hal ini dapat memicu tingkatan stres negatif yang lebih tinggi, kelelahan akibat kurangnya kualitas tidur, hingga depresi.

Membuat mata jadi cepat lelah

Terlalu lama menatap layar gawai atau perangkat digital lain dapat menyebabkan suatu gangguan mata yang disebut sindrom penglihatan komputer (Computer Vision Sndrome) atau CVS. Dalam kondisi ini, mata akan mengalami iritasi seperti mata merah, berair, dan terasa kering. Jika dibiarkan terlalu lama, mata akan jadi terasa berat serta timbul gejala sakit kepala. 

Selain disebabkan karena menurunnya frekuensi berkedip mata akibat terlalu fokus pada layar perangkat elektronik, kondisi ini juga dapat diperburuk apabila terdapat pencahayaan yang salah ketika menatap layar perangkat. 

Dengan pertimbangan dampak-dampak buruk akibat membaca buku digital, tentunya akan lebih baik jika kita kembali pada kebiasaan untuk membaca buku yang dalam bentuk cetak. Apabila tidak ingin mengeluarkan terlalu banyak uang untuk membeli sebuah buku, maka, salah satu cara untuk mengakali hal ini adalah dengan memanfaatkan pelayanan pinjam buku di perpustakaan yang ada di sekitar kita. (ary/ner/dre)



Kolom Komentar

Share this article