Berita Kampus

Upaya Penuhi IKU, FISIP Wacanakan Buka Program Kelas Internasional

Demi mewujudkan akreditasi unggul, FISIP akan buka kelas internasional

Sumber Gambar: Army/Sketsa

SKETSA — FISIP Unmul dikabarkan akan membuka program kelas internasional. Program tersebut bertujuan untuk mendorong terciptanya lingkungan kampus yang bertaraf internasional dan mendorong akreditasi yang lebih unggul. Diketahui, program kelas internasional ini tak memungut biaya tambahan hingga turut menampung mahasiswa asing.

Pembukaan kelas tersebut bukannya tanpa alasan. Dalam buku panduan yang diterbitkan Kemendikbud mengenai panduan Indikator Kinerja Utama (IKU), setiap perguruan tinggi diharap mampu meningkatkan kualitas pendidikan tinggi lewat penyaluran bantuan dana berdasarkan ketercapaian poin yang ditetapkan. Salah satunya, indikator program studi berstandar internasional.

Untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai pelaksanaan program tersebut, awak Sketsa berkesempatan untuk mewawancarai I Ketut Gunawan selaku Wakil Dekan Akademik FISIP Unmul. Berdasarkan penuturan Ketut, terdapat pusat layanan Internasional yang terdiri dari bagian administrasi dan humas. Hal tersebut berguna untuk memudahkan mahasiswa asing yang akan berkuliah di FISIP. 

Imbuhnya, tidak adanya mahasiswa asing yang berkuliah di FISIP menjadi salah satu hambatan bagi fakultas tersebut untuk meraih akreditasi unggul. Hingga kini, FISIP akan terus berupaya untuk mengembangkan program tersebut serta menjalin kerja sama dengan mahasiswa yang pernah melakukan studi ke luar negeri untuk membantu menjadi pengajar.

Terangnya pelaksanaan kelas internasional akan dimulai pada setiap angkatan untuk membangun konsistensi. Menyoal jumlah kuota mahasiswa yang dapat mengikuti program tersebut, dirinya mengungkap bahwa hal tersebut masih dalam tahap diskusi. Namun, program ini akan diprioritaskan bagi mahasiswa angkatan 2021 yang kemudian akan diseleksi terlebih dahulu.

Lebih lanjut, dirinya memaparkan bahwa konversi mata kuliah dalam program ini pun serupa dengan program Kampus Merdeka dengan menerapkan pola credit transfer.

“Kita sudah pastikan dan berdiskusi dengan SIA tentang bagaimana jika tidak ada mata kuliah yang terdaftar. Katanya, tidak ada masalah karena bisa ditambahkan dengan mata kuliah tambahan. Memang,  (mata kuliahnya) tidak ada di kurikulum, sama dengan MBKM. Kalau terjadi seperti itu, bisa dikonversikan dan SIA yang akan membantu,” tuturnya pada Jumat (19/5) lalu.

“Jadi, tidak ada masalah terkait dengan hambatan-hambatan SKS dan kita akan kawal terus, sehingga yang sudah mengambil (program kelas internasional) itu dapat nilai. Ya, kita upayakan dan kita jamin bisa masuk nilainya.”

Harapnya, kelas internasional ini dapat berjalan konsisten demi mewujudkan lingkungan kampus yang mampu menggunakan bahasa internasional dengan fasih, mengingat terdapat program English Club yang harus terhenti lantaran ekosistem yang kurang mendukung.

“Intinya bisa mengangkat akreditasi prodi (di FISIP). Lalu, (diharapkan) kita terbiasa dengan kegiatan internasional dan ekosistem kita juga punya mahasiswa internasional yang tentunya akan meningkatkan SDM kita (FISIP).”

"Mungkin ke depannya kalau sudah banyak yang ikut, bisa dilangsungkan (program kelas internasional) di masing-masing prodi seperti di FEB. Kita rintis dari awal, internasionalisasi program dan menciptakan ekosistem itu ada dan komunitas yang kelasnya internasional,” sambung Ketut.

Meski informasi ini belum tersebar luas ke seluruh sivitas akademika FISIP, sejumlah mahasiswa yang mendengar informasi ini turut menyambut dengan antusias. Muhammad Tommy Febrian, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2022 misalnya. Ia mengaku sangat tertarik dan antusias untuk mengikuti kelas ini jika nantinya diberi kesempatan.

Dihubungi pada Senin (15/5) lalu, Tommy berharap kelas internasional ini nantinya dapat mengundang dosen atau mahasiswa dari luar negeri agar dapat belajar bersama dan bertukar cerita. Ia pun menilai FISIP telah siap untuk memulai program ini.

Tanggapan lainnya datang dari Alya Fitriani Sajida, mahasiswa Prodi Hubungan Internasional angkatan 2021. Ia mengaku belum pernah mendengar kabar mengenai pembukaan kelas internasional. Meskipun demikian, dirinya sempat mengikuti seminar perkuliahan bersama dosen yang berasal dari Khon Kaen University, Thailand. 

Senada dengan Tommy, Alya pun menyambut kabar tersebut dengan antusias, terlebih karena dirinya yang merupakan mahasiswa Hubungan Internasional.

“(Program kelas internasional) ini bagus banget. Kenapa? Karena saya berasal dari Prodi Hubungan Internasional yang mewajibkan kami mampu berbahasa Inggris. Namun, saya dan teman-teman, saya rasa bahwa kemampuan Bahasa Inggris kami masih perlu untuk diasah lebih baik lagi. Jadi, sepertinya anak-anak Hubungan Internasional yang mau belajar Bahasa Inggris akan excited dengan adanya kelas Bahasa Inggris,” ujar Alya ketika diwawancarai oleh awak Sketsa melalui WhatsApp pada Sabtu (20/5) lalu. 

Layaknya Tommy, dirinya juga tertarik mengikuti kelas internasional tersebut. Harapnya, kelas internasional ini dapat segera terealisasi sehingga dapat memfasilitasi mahasiswa yang ingin mengasah kemampuan Bahasa Inggrisnya secara optimal. (mar/kya/nnf/lza/dre)



Kolom Komentar

Share this article