Berita Kampus

Transformasi Masuk PTN: Sistem Seleksi yang Adil dan Transparan

Perubahan sistem seleksi PTN

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Unmul.ac.id

SKETSA  - Sejumlah perubahan pada sistem pendidikan Indonesia yang dilakukan melalui  Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) belum usai. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Merdeka Belajar Episode ke-22, Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri pada  Rabu (7/9) lalu.

Menurut Nadiem, ada tiga transformasi seleksi masuk PTN, yaitu seleksi nasional berdasarkan prestasi, seleksi nasional berdasarkan tes, dan seleksi secara mandiri oleh PTN.   

Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi

Seleksi nasional berdasarkan prestasi menggantikan Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN). Pada seleksi nasional berdasarkan prestasi, Mendikbud Ristek menjelaskan bahwa seleksi akan berfokus pada pemberian penghargaan tinggi atas kesuksesan pembelajaran yang menyeluruh di pendidikan menengah. Hal ini dilakukan melalui pemberian bobot minimal 50% untuk nilai rata-rata rapor seluruh mata pelajaran.

"Dengan demikian, peserta didik didorong untuk fokus pada keseluruhan pembelajaran serta menggali minat dan bakatnya sejak dini. Nantinya peserta didik diharapkan agar menyadari bahwa semua mata pelajaran adalah penting dan agar mereka membangun prestasinya sesuai minat dan bakat,” jelas Nadiem seperti yang dilansir Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud.

Seleksi Nasional Berdasarkan Tes

Seleksi akan berfokus pada pengukuran kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Sebelumnya, sistem ini berjalan dengan nama Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) yang dilakukan dengan menggunakan banyak materi dari banyak mata pelajaran. Bagi Mendikbud Ristek, secara tidak langsung SBMPTN dapat memicu turunnya kualitas pembelajaran dan peserta didik kurang mampu, menjadi lebih sulit untuk dapat sukses pada jalur ini.

Dalam sistem yang baru, nantinya tak ada lagi tes mata pelajaran, namun berfokus pada kemampuan penalaran dan bukan hafalan, yakni dalam bentuk tes skolastik yang mengukur empat hal, yaitu potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris.

Seleksi Secara Mandiri oleh PTN

Pada jalur ini, pemerintah mengatur agar seleksi diselenggarakan secara lebih transparan dengan mewajibkan PTN untuk melakukan beberapa hal sebelum dan setelah pelaksanaan seleksi secara mandiri.

Diantaranya, sebelum pelaksanaan seleksi secara mandiri, PTN wajib mengumumkan beberapa hal, seperti kuota calon mahasiswa yang akan diterima masing-masing program studi/fakultas; metode penilaian, memanfaatkan nilai dari hasil seleksi nasional berdasarkan tes, dan/atau metode penilaian calon mahasiswa lainnya yang diperlukan; serta besaran biaya atau metode penentuan besaran biaya yang dibebankan bagi calon mahasiswa yang lulus seleksi.

Sementara setelah pelaksanaan, PTN diwajibkan mengumumkan beberapa hal, antara lain jumlah peserta seleksi yang lulus seleksi dan sisa kuota yang belum terisi; masa sanggah selama lima hari kerja setelah pengumuman hasil seleksi; dan tata cara penyanggahan hasil seleksi.

"Transformasi seleksi masuk PTN berupaya untuk semakin memperbaiki mekanisme seleksi  sebelumnya, yakni seleksi masuk PTN yang lebih adil. Sehingga, mampu mendorong perbaikan iklim pembelajaran di pendidikan menengah, dan menghasilkan calon mahasiswa yang semakin kompeten,” tutup Nadiem. 

Tanggapan Mahasiswa Unmul

Perubahan bobot tes SNMPTN 2023 yang hanya mencapai 50%, disambut baik oleh sejumlah mahasiswa baru. Di antaranya Adinda Rahmadhani mahasiswa baru Prodi Ilmu Komunikasi 2022. Baginya kurikulum merdeka akan lebih menjunjung kapasitas minat dan bakat, tidak hanya berpatok pada nilai akademik tapi juga kemampuam non akademik dari berbagai bidang.

Bagi Adinda, peralihan SBMPTN menjadi tes skolastik dapat menjamin efisiensi. "Sebab lebih mengandalkan kemampuan nalar dan empirisme dibanding hafalan, serta tes mandiri yang dibuat transparan mengenai dana agar meminimalisir money politic," ujarnya pada Kamis (22/9).

Hal yang sama diakui Sherly Prahesti Anggraini, mahasiswa baru Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2022. Perubahan bobot rapor 50% ini sangat efektif, karena siswa tidak lagi dibebankan untuk menguasai seluruh pelajaran dalam jangka yang pendek.

"Karena kita sebagai siswa itu susah untuk membagi fokus, kita (siswa) sebagai salah satu siswa eligible yang bisa ikut SNMPTN berarti kan kita mempersiapkan SNMPTN, sedangkan kita juga mempersiapkan SBMPTN, belum lagi tanggungan yang diberikan sekolah, seperti tugas-tugas sekolah. Nah, jadi siswa ini susah membagi fokusnya antara persiapan SNMPTN dan SBMPTN, juga memaksimalkan pembelajaran di sekolah," jelasnya pada Kamis (22/9).

Keduanya berharap transformasi tes masuk perguruan tinggi tersebut diadakan dengan optimal. Pasalnya itu dapat memudahkan calon mahasiswa dalam mempersiapkan diri masuk ke perguruan tinggi. 

Terutama perubahan bobot, juga diharapkan dapat meningkatkan minat bakat siswa yang sesuai, karena tidak lagi berdasar atas kemampuan dalam menjawab soal-soal akademik, melainkan mampu berpikir dan memecahkan masalah.  (srg/fza/khn)



Kolom Komentar

Share this article