Berita Kampus

Sekretariat UKM Tapak Suci Dibobol: (Masih) Perkara Keamanan SC

Pembobolan sekretariat UKM

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Sari/Sketsa

SKETSA - Baru-baru ini, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci Unmul digegerkan oleh aksi pembobolan ruang sekretariat mereka yang bertempat di Gedung Student Center (SC) Unmul. Kejadian tersebut awalnya diketahui oleh Muhammad Akbar selaku anggota dari UKM Tapak Suci pada pada Selasa (20/9) lalu, tepatnya pukul setengah lima sore waktu setempat.

Saat itu, Akbar hendak mengambil barang yang berada di ruang sekretariat pertama, sebelum pergi untuk berlatih di GOR 27 September. Dirinya kemudian mendapati bahwa ruang sekretariat kedua, yang bersebelahan dengan ruang sekretariat pertama telah dibobol dengan kondisi pengunci yang tidak bisa digunakan karena bengkok.

Akbar mengaku bahwa pihaknya tidak pernah bersitegang dengan UKM lain. Ia meyakini, terdapat kesalahpahaman dari oknum yang mengira bahwa ruang sekretariat tersebut sudah tidak difungsikan untuk kegiatan kemahasiswaan lagi. Sehingga bermuara pada kasus pembobolan tersebut. 

“Jadi ini kesalahpahaman oknum yang mengira bahwasannya sekretariat yang dulunya milik UKM Perisai Diri ini tidak digunakan lagi. Padahal, kami pada (tahun) 2020 telah berkoordinasi dengan pengurusnya agar sekretariat dari Perisai Diri ini kami yang mengelola,” terang mahasiswa program studi Teknik Elektro 2018 itu.

Minimnya Fasilitas SC

Meski tak kehilangan inventaris, Akbar turut menyoroti keamanan Gedung SC yang menjadi pusat berhimpun seluruh UKM yang ada di kampus Unmul. Menurutnya, keamanan di gedung tersebut masih minim dan sangat berpotensi menyebabkan terjadinya tindak kriminal seperti pencurian atau pembobolan. 

“Begitu mudahnya jendela (ruang sekretariat) dibuka dan kalau yang saya lihat hanya dua titik yang jadi pusat dari terbukanya jendela ini. Jadi menurut saya sangat minim keamanan di SC ini.”

Lewat penuturannya, saat ini UKM Tapak Suci belum melakukan koordinasi dengan kemahasiswaan. Tindakan yang mereka lakukan hanyalah menata kembali ruangan sekretariat tersebut dan memastikan bahwa tidak ada barang-barang yang hilang.

“Jika ada anak Perisai Diri yang bertanya, sekretariat ini milik siapa, kami akan bilang sekretariat ini milik mereka. Kami akan tetap jaga, karena itu janji saya kepada pengurus yang sebelumnya. Mungkin suatu hari mereka kembali dan mendapatkan fasilitas yang sempat ditinggalkan,” pungkasnya.

Kasus pembobolan yang terjadi di SC baru-baru ini, sebenarnya telah menjadi momok yang mengakar dan sulit untuk diberantas. Hal ini tentunya menjadi PR besar bagi Unmul, mengingat kasus pembobolan UKM Tapak Suci bukanlah kali pertama. 

Sebelumnya, kasus pencurian juga pernah terjadi pada 2019 silam yang menyebabkan sejumlah inventaris milik beberapa UKM raib dengan total kerugian mencapai sepuluh juta rupiah. (baca: Pencurian di SC Unmul)

Awak Sketsa juga berkesempatan untuk mewawancarai Aprilian Kurnia Putra, salah satu anggota dari UKM Marching Band Wangsakerta Mulawarman (MBWM). Diwawancarai secara daring melalui Whatsapp, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya 2016 itu turut mengungkapkan keresahannya atas tindak kriminal yang kerap terjadi di SC.

“Karena tidak ada penjagaan yang layak menurut kami, jadi kami lebih mengamankan barang-barang milik UKM kami. Jika barang tersebut riskan, maka kami simpan di tempat lain di luar SC, karena sering terjadi kehilangan helm dan inventaris UKM yang lain. Jadi kami berhati-hati,” tulisnya melalui pesan WhatsApp pada Kamis (22/9).

Aprilian mengeluhkan kesulitan lainnya. Bahwa terdapat berbagai fasilitas yang tidak memadai seperti lampu aula dan koneksi WiFi yang mati. Tak jarang, mereka harus mencari tempat lain yang lebih layak untuk berlatih.

“Untuk halaman dan tangga juga sangat gelap, jadi kami UKM yang sering latihan di luar sangat kesulitan dan harus mencari tempat lain yang terang.”

Tak hanya itu, Aprilian turut mengeluhkan dana anggaran UKM yang tak kunjung cair, sehingga ia dan anggota lainnya terpaksa harus bergantung pada uang kas untuk membiayai fasilitas penunjang kegiatan marching band mereka.

“Kami jika menggunakan aula lantai 3 harus membiayai untuk menyiapkan lampu. Kemudian jika latihan di halaman SC kami juga menyiapkan setop kontak dan lampu sendiri karena gelap,” keluhnya.

Berdasarkan pernyataan tersebut, problematika yang terjadi di markas UKM yang ada di Unmul ini, tak hanya pada kerugian materi—yang dapat dihitung. Lebih dari pada itu, terdapat pula polemik tak kasat mata, seperti motivasi untuk berkegiatan di SC sebab sulitnya mengakses kebutuhan yang berujung pada kurang optimalnya anggota berkegiatan.

Keduanya berharap agar terdapat perbaikan fasilitas SC yang menjadi tempat UKM bernaung. Sehingga bisa memberikan keamanan dan kenyamanan agar kegiatan kemahasiswaan dapat berjalan dengan baik. (rst/dre/nkh)



Kolom Komentar

Share this article