Berita Kampus

Realisasi MoU Unmul dengan University of Adelaide, Dua Mahasiswa FKIP Menuntut Ilmu ke Negeri Kanguru

Dua mahasiswa FKIP berhasil lolos program GEAP di Australia

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

SKETSA – Raysa Zamima dan Anissa Widya Wati menambah deretan Mahasiswa Unmul yang memperoleh beasiswa ke luar negeri. Dua mahasiswa asal FKIP ini berkesempatan mempraktikkan dan memperdalam kemampuan berbahasa Inggris mereka di Australia lewat program General English for Academic Purpose (GEAP) dalam kurun waktu lima minggu.

GEAP adalah sebuah program yang secara khusus ditujukan untuk mahasiswa yang ingin meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka di lingkungan akademik Australia serta berbaur dengan kebudayaan lokal negeri kanguru tersebut. Sebelumnya pada Senin (1/5) lalu diketahui, Unmul dan University of Adelaide menjalin kerja sama melalui Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Anissa yang berasal dari Prodi Pendidikan Fisika serta Raysa dari Pendidikan Biologi ini menjadi angkatan pertama dari Unmul yang dikirim ke Australia untuk program tersebut. Keduanya mengaku senang dan berterima kasih atas kesempatan yang telah diberikan oleh pihak Unmul. Awak Sketsa pun mewawancarai keduanya secara daring pada Selasa (23/5) lalu.

“Perasaannya pasti senang dan excited juga, karena enggak nyangka terpilih dan karena ini pertama kalinya diadakan jadi sedikit khawatir tentang program ini bakalan seperti apa nantinya, tetapi setelah dijalani semuanya lancar, alhamdulillah,” ungkap Raysa.

Perihal pendaftaran, keduanya melaksanakan tes TOEFL secara mandiri kemudian mengirimkan CV menggunakan bahasa Inggris untuk pihak University of Adelaide dan dilanjutkan dengan serangkaian tes lanjutan.

“Pada awalnya kami perlu melakukan tes bahasa Inggris secara mandiri lalu kemudian mengirimkan CV kepada pihak ELC (English Language Centre)  University of Adelaide. Setelah terkonfirmasi, barulah kami melakukan tes bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh pihak University of Adelaide serta menulis esai dengan topik yang diberikan,” papar Anissa.

Keduanya pun berterus terang bahwa pihak Unmul memberikan dukungan penuh terhadap keberangkatan dua mahasiswa FKIP ini. Anissa mengungkap bahwa pihak Unmul beserta segenap dosen di UPT. Layanan Internasional sangat memberikan dukungan, mulai dari proses pendaftaran hingga keberangkatan keduanya ke negeri kanguru tersebut.

“Dukungan dari Unmul berupa pengarahan dari awal sampai akhirnya bisa berangkat, selama ini juga diapresiasi dan kami diminta untuk selalu mengabari (kegiatan) selama kami di Australia,” jelas Raysa.

Meski tak menghadapi kendala berarti selama proses pendaftaran, keduanya sempat alami keterlambatan akibat terhambat pada proses pengurusan visa. Untungnya, pihak University of Adelaide memaklumi hal tersebut.

Selama di Australia, Raysa dan Anissa memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris yang dibimbing langsung oleh pengajar dari University of Adelaide. Selain itu, keduanya juga terjun melaksanakan praktik mengajar di salah satu sekolah dasar di Adelaide.

“Kegiatan yang kami lakukan yaitu kelas belajar bahasa Inggris dari hari Senin sampai Kamis dan setiap satu kali seminggu kami menjadi asisten bagi guru bahasa Indonesia di salah satu primary school di Adelaide. Kami juga tinggal bersama orang lokal sehingga selalu practice Bahasa Inggris setiap hari untuk berkomunikasi,” terang Raysa.

“Mahasiswa juga berkesempatan untuk mengambil kelas peminatan seperti Australian Culture, IELTS, Global Communication dan lain sebagainya. Pada program kali ini juga kami berkesempatan untuk mengajar langsung di Kilkenny Primary School sebagai bentuk kerja sama University of Adelaide dan Kilkenny Primary School,” tambah Anissa.

Raysa pun berpesan agar teman-teman mahasiswa tidak takut untuk berbahasa Inggris dan memanfaatkan kesempatan sekecil apapun untuk mengikuti program-program yang ada.

“Jadikan kesempatan kecil sebagai batu loncatan untuk menuju kesempatan besar. Soalnya, sebelum saya mengikuti program ini, saya juga mengikuti program kredit internasional secara online. Teman-teman saya yang lain tidak ada yang mau ikut karena takut tidak bisa berbahasa Inggris, padahal dari hal-hal kecil seperti itu kita mulai belajar perlahan,” ungkapnya.

Anissa pun menambahkan hal serupa. Ia secara khusus berharap agar kemampuan berbahasa Inggris dimiliki oleh seluruh mahasiswa Unmul.

“Kemampuan seperti bahasa Inggris sudah sepatutnya menjadi skill yang harus dimiliki seluruh mahasiswa Unmul. Maka dari itu, saya berharap agar seluruh mahasiswa dapat menonjolkan bakatnya pada bidang bahasa sehingga berkesempatan mendapatkan program seperti GEAP ini,” pungkasnya. (dre/ord/mgw/ems)



Kolom Komentar

Share this article