Berita Kampus

Program Kampus Mengajar dan MSIB Kembali Dibuka, Dua Alumni MBKM Unmul Bagikan Pengalamannya

Pendaftaran program MBKM Kampus Mengajar dan MSIB 2023 dibuka

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

SKETSA — Tahun ini, Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali membuka program Kampus Mengajar serta Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB). Diketahui, pendaftaran program Kampus Mengajar angkatan keenam telah dibuka sejak tanggal 8 Mei hingga 4 Juni 2023. Sedangkan masa pendaftaran program MSIB angkatan kelima diperpanjang hingga tanggal 30 Juni mendatang.

Persyaratan untuk mendaftar pada kedua program unggulan dari Merdeka Belajar — Kampus Merdeka (MBKM) itu pun tak jauh berbeda. Mahasiswa yang dapat mengikuti Kampus Mengajar adalah mereka yang berada di semester empat atau lebih dengan IPK minimal 3.00. 

Sementara ketentuan untuk pendaftar program MSIB adalah mahasiswa yang berada di minimal semester dua (D2), semester tiga (D3), dan semester lima (D4/S1). Calon pendaftar pun dipastikan belum pernah mengikuti Kampus Mengajar atau MSIB sebelumnya.

Adapun dokumen yang perlu dipersiapkan adalah Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Mahasiswa, surat rekomendasi dari kampus, transkrip nilai IPK, serta surat keterangan sehat. Pendaftar juga dapat melampirkan sertifikat prestasi, pengalaman mengajar, atau pengalaman berorganisasi jika ada. Terkhusus untuk pendaftar program MSIB, diharuskan pula untuk mencantumkan Curriculum Vitae (CV) serta fotokopi KTP.

Program MSIB mewadahi mahasiswa yang ingin  memiliki pengalaman untuk terjun langsung ke lapangan pekerjaan. Program tersebut turut menawarkan sejumlah sektor yang dapat dipilih oleh setiap pendaftar, di antaranya adalah teknologi, kesehatan dan pelayanan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Lembaga Multilateral & Non-profit, jasa, dan lain-lain.

Selain Kampus Mengajar dan MSIB, program lain yang ditawarkan dalam MBKM adalah Pertukaran Mahasiswa, Wirausaha Merdeka, dan Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Namun, pendaftaran ketiga program tersebut telah ditutup beberapa waktu lalu.

Awak Sketsa pun berkesempatan mewawancarai dua mahasiswa Unmul yang merupakan alumni dari kedua program tersebut. Daud Rio Yurdanus merupakan salah satu alumni yang berkenan untuk membagikan pengalamannya kepada Sketsa selama mengikuti program MSIB.

Mahasiswa Prodi Sistem Informasi 2019 itu memilih perusahaan yang bergerak di sektor teknologi dan berlokasi di Jakarta Pusat. Ungkapnya, alasan di balik pilihannya tersebut adalah karena berhubungan langsung dengan Prodi yang ia ambil saat ini.

Selama mengikuti magang, dirinya disibukkan dengan sejumlah kegiatan yang mengasah kemampuan dan ilmunya. Melalui program tersebut, ia pun bertemu dengan rekan-rekan dari kampus ternama di Indonesia. 

“Kegiatan yang dilakukan selama program tersebut (MSIB) berlangsung ada banyak sekali, yaitu on site (magang langsung ke kantor stakeholder), menjadi konsultan dalam bidang Enterprise Resource Planning (ERP) dan juga IT Support,” ungkap Daud ketika diwawancarai Sketsa secara daring pada Selasa (30/5) lalu.

Ketika ditanya menyoal kendala selama menjalani magang, Daud mengeluhkan lambatnya pencairan uang magang yang membuat dirinya harus mengatur pengeluaran sebaik mungkin, apalagi dirinya saat itu tengah berada jauh dari kota asalnya.

Di luar dari itu, ia mengaku tak menemui kendala yang berarti. Sebaliknya, dirinya turut dibina oleh seniornya yang sudah berpengalaman ketika melakukan pendaftaran.

Tak lupa, Daud turut memberikan tips kepada mahasiswa Unmul yang berminat untuk mengikuti MSIB. Keselamatan dan kesehatan menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan ketika ingin mengikuti program tersebut. Ia berpesan agar teliti saat memilih kota yang ingin dituju untuk melakukan magang.

“(Minta) restu orang tua jika ingin magang di luar kota atau provinsi. Jangan asal pilih kota sembarangan hanya karena kota tersebut ramai maupun banyak tempat wisata. Pertimbangkan kembali kesehatan dan keselamatan selama magang.”

Imbuhnya, berbagai fasilitas yang diberikan oleh perusahaan yang dituju juga penting untuk dicermati. Misalnya memastikan jika perusahaan tersebut menyediakan tempat tinggal, konsumsi, hingga fasilitas penunjang lain. 

“Siapkan dua CV, yaitu CV kreatif dan Applicant Tracking System (ATS), tetapi untuk halaman pendaftaran (program MSIB), masukan CV ATS,” pesan Daud.

Kisah lainnya datang dari Imam Wijayadi, mahasiswa Pendidikan Biologi 2019. Dirinya merupakan alumni Kampus Mengajar yang ditempatkan di SD IT Al-Anshar Samarinda.

Ia mengaku sangat antusias dan mendapat pengalaman luar biasa yang tak terlupakan ketika menjalani program tersebut, sebab dirinya bertemu dengan para siswa dan guru yang suportif.

“Selain pengalaman, kami juga mendapatkan rumah dan keluarga baru,” kenang Imam ketika diwawancarai Sketsa secara daring pada Rabu (31/5) lalu.

Ungkapnya, kegiatan yang ia jalani tak hanya sebatas belajar dan mengajar. Ada beberapa misi yang harus dipenuhi selama program tersebut berlangsung, seperti pengenalan aplikasi maupun asesmen dari Kemendikbud Ristek, membantu administrasi sekolah, tata usaha, memperkenalkan teknologi kepada guru dan siswa, hingga memperkuat literasi numerasi.

“Saat program ini berlangsung di SD IT Al-Anshar Samarinda, aku dan tim mengadakan beberapa program kerja yang kami rancang per bulannya. Seperti adanya workshop pengenalan Google Classroom dan cara pembuatan video pembelajaran untuk guru, mengajar baca, tulis, dan hitung (calistung), Jumat bersih, mengadakan lomba-lomba seperti memperingati Bulan Bahasa dan Maulid yang diwarnai dengan perlombaan yang tetap mengasah literasi, numerasi dan kreativitas serta beberapa program kerja lainnya.”

Senada dengan Daud, alasan yang membuat Imam tertarik untuk mengikuti Kampus Mengajar adalah Prodinya yang selaras dengan program tersebut sebagai seorang pendidik. Selain itu, pengalaman dari seniornya pun memotivasi dirinya untuk mengikuti program tersebut.

Meskipun mengaku kurang suka membaur dengan anak-anak, Imam memberanikan dirinya untuk keluar dari zona nyamannya dengan memilih sekolah dasar sebagai tempat yang dituju, alih-alih memilih sekolah menengah pertama.

“Tidak seperti yang saya pikirkan sebelumnya, saya malah jatuh cinta dengan mereka (para siswa). Ternyata mereka seru dan sangat bersemangat dengan program kerja kami dan saat saya mengajak mereka belajar sambil bermain,” sambungnya.

Menyoal kendala selama menjalani Kampus Mengajar, Imam mengaku tak menemui kendala yang berarti. Hanya saja, dirinya harus pintar membagi waktu karena jadwal mengajar dan perkuliahan yang terkadang berbenturan.

Ia pun harus mengajar sembari menyimak materi dari dosen melalui Zoom Meeting karena perkuliahan masih dilaksanakan secara daring kala itu. Jika ada materi yang kurang dipahami, dirinya akan mengulas kembali melalui Powerpoint (PPT) yang disediakan oleh dosen.

“Kalian harus up to date dengan informasi itu berasal. Bisa follow Instagram Kampus Mengajar (untuk mendapat informasinya), kemudian bisa juga sharing dengan kenalan yang pernah join program ini dan tentunya harus berani keluar dari zona nyaman,” pesan Imam mantap. (dre/nnf/pad/ems)



Kolom Komentar

Share this article