Berita Kampus

Lagi, FKTI Hadang Paslon Pemira dengan Spanduk

Terpantau sejak 14 November lalu, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (FKTI) memasang spanduk yang tampak sengaja ditulis kapital semua. (Foto: Hilda)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – SKETSA – Terpantau sejak 14 November lalu, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (FKTI) memasang spanduk bertulis “SELAMAT DATANG CALON KETUA/WAKIL BEM KM, JANJI APALAGI YANG AKAN KAU TEBARKAN UNTUK FAKULTAS KAMI!!! APAKAH PERBAIKAN/KEHANCURAN YANG KALIAN BAWA." Spanduk tersebut tampak menyalak dengan cat merah dan huruf kapital semua.

Spanduk tersebut dimaksudkan untuk merespons kedatangan paslon yang akan berkampanye di sana. Spanduk demikian memang rutin dipasang FKTI sejak tiga tahun terakhir tiap kali musim Pemira. Tulisannya berbeda-beda, tapi esensinya sama.

Dikonfirmasi, Ketua BEM FKTI Farid Fitra Febrian mengatakan sikap tersebut bukannya perlawanan atau apatisme terhadap Pemira, tetapi upaya mengingatkan paslon untuk tidak sekadar memberi janji-janji kosong di FKTI.

"Mereka sudah datang kampanye ke FKTI, kami mempersilakan untuk menarik massa sebanyak-banyaknya, tapi harus ada timbal balik ke FKTI. Jangan hanya janji tapi enggak terealisasi,” ujarnya saat ditemui Sketsa pada (15/11).

Pernyataan Farid tersebut bukan tak berdasar. Pasalnya, dari tahun ke tahun mahasiswa FKTI terbilang aktif berpartisipasi dalam Pemira. Sekitar 200 terlibat, dari total 700 mahasiswa aktif kampus teknologi.

Menurut kacamata Farid, hal yang kerap dirasakan fakultas kecil seperti FKTI ialah kurangnya pengayoman dan perhatian dari BEM KM Unmul. Akibatnya, mereka harus berjuang memenuhi kepentingan sendiri. FKTI lantas memilih spanduk sebagai media pergerakan mereka.

Farid berkompromi perkara perbedaan ranah fakultas dan universitas. BEM KM Unmul pun sebenarnya tak akan mampu mengakomodir sampai ke pelosok terdalam fakultas. Namun, bukan berarti fakultas berhenti mengkritisi dan terima-terima saja.

Tak hanya bentuk respons mengkritisi, Farid menyebut spanduk juga wujud kepedulian sekaligus apresiasi kepada paslon dan Pemira. Ia merasa hal ini normal dilakukan, karena mahasiswa akan dipimpin. Sudah seharusnya berpartisipasi dan bersikap kritis kepada calon pemimpinnya lewat beragam cara, salah satunya bersuara dengan medium spanduk.

“Kami tidak seperti fakultas lain yang  mempersilakan langsung. Begitu paslon melihat spanduk, mereka akan berpikir bahwa ada yang harus dibenahi. Kami ingin melihat integritas mereka” imbuhnya lagi.

Inisiatif spanduk tersebut rupanya datang dari seluruh organisasi kemahasiswaan di lingkungan FKTI, ditambah restu dari pihak dekanat fakultas.

Ada banyak cara merespons hajatan demokrasi tahunan ini. Bersyukur, soal respons dan tidak diam berlapang dada kepada apatisme. FKTI bersama fakultas lain, semua tak mau janji kosong. (ann/aml)



Kolom Komentar

Share this article